Mengapa Perlu Memulai dari Menulis?
Semenjak era new media seperti yang sempat saya bahas di tulisan sebelumnya, banyak generasi Z, milenial, dan generasi lainnya yang tertarik untuk menjadi kreator. Bukan hal yang terlalu mengherankan, karena sejatinya setiap muncul tren maka sudah hampir bisa dipastikan akan menjadi lahan pertaruhan para pemburu cuan.
Banyak yang bertanya, memulainya dari mana? Berbagai tips bisa dengan mudah kalian temukan di mesin pencarian. Tapi kali ini saya ingin membagikan pandangan, kalau ada satu jalan bernama penulisan yang bisa kalian jadikan pijakan.
Berkaca Pada Mereka
Sosok pertama yang karyanya cukup saya ikuti adalah Soleh Solihun. Pekerja media yang selama tujuh tahun ia bekerja di trax, Playboy Indonesia, sampai Rolling Stone Indonesia ini tulisannya selalu menyenangkan. Bahkan ketika merilis buku, saya hampir selalu membelinya. Tidak terkecuali di era blog, ketika Soleh masih rajin menulis untuk Multiply dan berlanjut ke blognya sendiri.
Pekerja kreatif berikutnya yang tulisannya sering saya ikuti adalah Raditya Dika. Pergerakannya dari menulis blog sampai meledak bersama Kambing Jantan, juga ketika Radit berada di belakang layar penerbitan dan industri kreatif lain selalu mengingatkan saya pada akarnya sebagai penulis.
Mantan bos di dua perusahaan berbeda, Yoris Sebastian bahkan masih terus merilis karya tulisan dan buku-bukunya selalu bikin penasaran. Tentu tidak ketinggalan nama-nama seperti Herry Sutresna a.k.a Ucok (Homicide) dan Arian Arifin ataupun Gofar Hilman juga memiliki karya kepenulisan.
Mengapa (Harus) Menulis?
Kebiasaan menulis konon membentuk pola pikir, coba perhatikan saja karya-karya turunan dari mereka yang menulis. Penelitian soal ini sudah begitu banyak, dan kalian bisa mencari jurnal-jurnal atau artikel yang berhubungan dengan karya seseorang yang menulis. Bukan bermaksud mengecilkan mereka yang tidak suka dengan tulisan atau buku dan semacamnya. Tapi mereka yang menulis, buat saya menyisakan rasa yang berbeda.
Produk musik, video, siniar, dari mereka-mereka yang pernah menulis akhirnya lebih mudah saya terima dan malah menunggu rilisnya. Bahkan seorang kreator digital yang pernah saya produseri di konten audionya, Rivaldo Santosa yang mungkin kalian kenal dengan The Lazy Monday atau Detektif Aldo juga memiliki konten tulisan.
Bagaimana dengan saya sendiri? Sebelum mendapat kesempatan bekerja profesional di industri media, saya memang berangkat dari ranah penulisan. Hal yang sebenarnya tidak terlalu saya harapkan. Tapi tanpa buku pertama, kedua, ketiga, dan keempat, perjalanan hidup saya tidak akan sama sampai hari ini. Barangkali ada yang tertarik dengan pelatihan penulisan, atau membutuhkan jasanya, silakan tinggalkan komentar atau langsung saja ketuk kotak pesan.